Mempromosikan Produk Pangan Lokal

Saat ini Indonesia masih mengimpor gandum. Data Asosiasi Produsen Tepung Indonesia (Aptindo) mencatat nominalnya naik 6%. Impor gandum pada 2012 bisa mencapai 6,6 juta ton. Padahal pada 2011 “hanya” 6,2 juta ton. Sungguh ironis. Mengapa? Pasalnya, nusantara memiliki beragam produk makanan lokal.

Banyak jenis tanaman tumbuh di daerah pedesaan. Ada uwi, ganyong, gembili, suwek, rondo sluku, punuk banteng, garut, kimpul, dll. Semua anugerah alam ini bisa menjadi pengganti tepung terigu. Hal tersebut dijelaskan oleh Pak Kemin pada Minggu (27/5). Ia adalah ketua Kelompok Tani Swadaya Mekarsari di Desa Gegunung, Sendangsari, Pengasih, Kulonprogo, Yogyakarta.

Saya berkunjung ke sana bersama puluhan anggota FOKAL (Wahana Keluarga dan Anak Cinta Lingkungan) yang digagas oleh Ning Raswani. Dia adalah salah satu dari Nova Inspiring Women yang memenangkan penghargaan Women and the Environment 2012. Sejak awal tahun 2000-an, desa ini dikenal sebagai Sentra Umbi-umbian dan Pangan Lokal.

Hebatnya, produk mereka dipasarkan tidak hanya di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Apalagi mereka juga merambah Jakarta, Bogor, Semarang, Surabaya dan kota-kota besar lainnya. Contoh produknya adalah keripik garut, tepung ubi ungu / ubi jalar, dan gula aren kristal. Semuanya alami, sehat, dan cukup murah.

Pak Kemin menceritakan perjuangan mereka kepada saya. Pada awalnya, upaya penanaman kembali umbi di pekarangan diremehkan. Tapi lambat laun banyak orang datang mendukung. Itu termasuk pemerintah desa setempat. Untuk mendapatkan perhatian mereka adalah dengan merenungkan leluhur yang tercinta.

“Mengapa gigi kakek nenek kita masih utuh? Bahkan ketika sudah mati dan dikubur? Alasannya karena kebanyakan dari mereka banyak mengonsumsi makanan sehat. Selain itu, alam dan tanah belum tercemar oleh bahan kimia beracun seperti saat ini. ,” dia berkata.

Cocok untuk perut orang Indonesia

Mutiara Nugraheni membenarkan skripsi sederhana ini. Mahasiswa Program S-3 Fakultas Ilmu Pangan Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta ini mengatakan umbi lebih cocok untuk perut masyarakat Indonesia. Sedangkan gandum kurang sesuai. Alasannya karena mengandung gluten. Zat ini memang dibutuhkan oleh masyarakat Barat yang memiliki gaya hidup dinamis. Namun jika orang Indonesia terlalu banyak makan gandum, maka menyebabkan anak menjadi hiperaktif / autisme.

Lebih lanjut Dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini menjajaki manfaat umbi dari segi kesehatan fisik. Bagi penderita maag silahkan minum pati garut atau sari buahnya. Tepungnya bisa diolah menjadi kue dan roti. Bagi penderita diabetes bisa mengganti konsumsi nasi putih dengan uwi ungu.

Apalagi penyakit kanker bisa disembuhkan dengan makan kentang kleci. Nama latinnya adalah Coleus Tuberosus. Umbi ini harus direbus bersama kulitnya. Menurut penelitian di laboratorium, lapisan kutikula kandungan Antioksidan Ursolic Acid (UA) dan Oleanolic Acid (OA) yang nyatanya dapat menjinakkan tumor. Penemuan penting ini telah dipublikasikan dalam tiga jurnal utama: The International Food Research Journal, African Journal of Food Science, dan Journal of Medicinal Plants Research (2012).

Selain itu dari segi perawatan tanaman umbi juga jauh lebih mudah. Ini terutama jika dibandingkan dengan beras atau gandum. Kedua tanaman ini merupakan asupan air. Sedangkan umbi bisa bertahan di musim kemarau. Mereka mengalami masa dormansi atau istirahat untuk beberapa saat. Namun begitu musim hujan tiba, mereka bisa cepat tumbuh kembali dan siap dipanen.

Agus Purwanto, salah satu pemuda desa juga memaparkan fakta menarik. Sebagian besar tanaman menyediakan umbi / akar, batang, dan daun untuk manusia. Umbi garut dapat menghentikan diare karena kaya akan serat. Uniknya, batang talas / talas juga bermanfaat. Menurut peneliti India yang pernah berkunjung ke sana, jika kita merebus dan memakan batang talas, itu bisa menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh kita. Apalagi daun baru dari pohon bambu bisa dibuat menjadi keripik yang enak juga.

Memang jika kita menumbuhkan potensi lokal kita secara kreatif, bangsa ini tidak akan menderita kelaparan. Mari promosikan konsumsi umbi-umbian di lingkungan kita masing-masing. Itu bisa memenuhi kebutuhan kita sehari-hari, sekaligus melestarikan warisan alam untuk generasi penerus. Karena itu, cucu kita tetap bisa makan makanan sehat dan menikmati keindahan alam.

Jika Anda menyukai artikel ini kunjungi juga artikel Berita Maluku.

Leave a Comment